Fave Hotel dan Botol Plastik

Bulan lalu adalah rekor saya menginap di Fave Hotel, dimana dalam waktu satu bulan saya menginap di tiga Fave Hotel di tiga kota berbeda. Pertama Fave Hotel di Kota Tuban dalam rangka perjalanan untuk pengambilan data penelitian. Kedua adalah Fave Hotel di Kota Karawang Jawa Barat dalam rangka kunjungan keluarga. Ketiga adalah Fave Hotel di Kota Makassar Sulawesi Selatan untuk mengikuti Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanudin.

Fave Hotel termasuk salah satu budget hotel yang sering menjadi tujuan menginap karena kenyamanan dan harga yang terjangkau. Saya lupa kapan terakhir menginap di Fave Hotel sebelum periode ini. Namun, sejak di Fave Hotel Tuban, saya perhatikan ada yang berbeda. Biasanya di setiap malam kita menginap di hotel, salah satu standar minimal pelayanannya adalah jatah dua botol plastik air mineral. Namun saat masuk ke kamar hotel saat di Tuban, saya melihat ada sebuah teko kaca dan dua buah gelas. Dua buah gelas termasuk standar minimal, namun teko kaca adalah hal baru. Di lorong kamar saya perhatikan ada dispenser dan poster terkait kebijakan hotel untuk berperan dalam mengurangi sampah botol plastik. Saya sangat terkesima dengan aturan ini. Saya temukan hal yang sama saat menginap di Fave Hotel Karawang dan Makassar.

Sebagai seseorang yang cukup peduli pada lingkungan dan dosen yang mengajar mata kuliah Pencemaran Laut, saya sangat bahagia dengan kebijakan yang diterapkan di Fave Hotel. Belum banyak hotel yang berani menerapkan aturan ini, hotel bintang lima sekalipun. Mungkin saya perlu menginap di beberapa hotel lain untuk mengetahui apakah mereka juga sudah mengganti botol plastik air mineralnya dengan teko kaca dan dispenser. Mudah-mudahan ada yang mensponsori saya untuk menjawab pertanyaan ini.

A road trip of silaturahim

Long weekend dari hari Kamis hingga Jumat, 1-4 Juni 2023 dan undangan baralek dari saudara di Bekasi menjadi alasan perjalanan panjang dari Ngawi menuju area Jawa Barat dilakukan. Entah berapa ratus kilometer yang sudah ditempuh, namun perjalanan dengan niat berkunjung ke saudara itu terasa tidak melelahkan.

Semua diawali dengan keberangkatan dari Ngawi hari Kamis jam 6 pagi. Full melalui tol, kami tiba di Subang, tepatnya di wilayah Pagaden jam stengah 12 siang. Istirahat dan dijamu makan siang oleh para keponakan, Zikri juga Uci yang baru mulai merintis usaha di kota kecil namun ramai ini.

Setengah dua siang, perjalanan dilanjutkan menuju Purwakarta. Kembali naik tol dan kami merasakan padatnya jalan tol ke arah berlawanan. Tampaknya setiap libur, arah menuju wilayah Jateng Jatim menjadi favorit penduduk Jabodetabek. Waktu menunjukkan pukul 4 sore hari dan kami tiba di gudang toko bahan kue milik Mped, panggilan Fedri yang juga keponakan. Gudangnya sangat besar. Kami juga sempatkan mengunjungi tokonya yang memang sangat ramai karena pembeli datang silih berganti.

Melewati pukul 5 sore, kami melanjutkan perjalanan menuju Cileunyi, Bandung dengan tujuan toko Abang Andi, sepupu yang sudah lama menetap disini. Perjalanan semakin terasa tambah padat dan pukul setengah 7 malam kami sampai di tokonya. Sambil menikmati makan malam, kunjungan kami akhiri menjelang pukul 8 saat toko Abang harus tutup. Rencana awal menginap di Bandung kami ubah, meskipun Abang sudah menawarkan untuk menginap di rumahnya.

Kami lanjutkan perjalanan menuju Karawang dan menginap di Fave Hotel kota Karawang. Pukul 10 malam kami tiba di hotel, dan langsung beristirahat karena perjalanan seharian yang mulai terasa melelahkan.

Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan kembali mulai pukul 8 pagi dengan tujuan pertama adalah Cileduk Tangerang. Jam 10 kami sudah sampai di rumah Arpan untuk menjenguk Mak Wo. Disini kami beristirahat cukup lama sambil menunggu para lelaki melaksanakan shalat Jumat.

Jam 1 siang, kami lanjutkan perjalanan ke Depok untuk mengunjungi Ni Zum sekalian takziah karena suaminya baru meninggal. Tanpa sengaja kami bertemu dengan saudara-saudara lain sehingga membuat kunjungan ini terasa lebih berarti. Jam 5 sore kami meninggalkan rumah Ni Zum menuju rumah Cici yang tidak terlalu jauh jaraknya.

Kami putuskan bermalam di rumah Cici karena rumahnya yang luas dan bisa menampung rombongan kami. Malam hari kami keliling kota Depok untuk melihat toko Rahma, toko Ranti, ke rumah Ranti dan makan malam. Jam 9 malam kami kembali ke rumah dan begadang sampai malam hanya untuk ngobrol ngalor ngidul.

Hari Sabtu jam 9 pagi kami meninggalkan Depok menuju Cileungsi. Tujuan pertama ke rumah Uda Berlian lalu dilanjutkan ke rumah Ewa. Jam 11 kami sudah sampai di rumah Ewa dan istirahat disini sampai pukul 4 sore. Lalu kami lanjutkan menuju rumah Da Im, yang akan memiliki hajat menikahkan anaknya besok, di Kranggan. Jam 8 malam kami meninggalkan Kranggan kembali ke Cileungsi, rumah Roma, untuk bermalam.

Hari Minggu jam 7 pagi kami menuju Cibitung tempat acara pernikahan berlangsung. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam. Acara akad nikah berlangsung jam 8 pagi dan resepsi pukul 13 siang di lokasi yang sama. Jam 11 kami putuskan untuk meninggalkan lokasi untuk menempuh perjalanan kembali ke Ngawi. Tepat pukul 8 malam kami tiba di Ngawi.

Perjalanan panjang yang melelahkan dengan banyak pengalaman dan hikmah yang dapat diambil. Kami bersyukur dengan adanya jalan tol yang memudahkan perjalanan panjang ini sehingga dapat ditempuh dengan waktu yang lebih singkat meskipun dengan biaya yang lebih banyak untuk dikeluarkan.

Rute panjang perjalanan darat selama 4 hari 3 malam dengan total jarak yang ditempuh kurang lebih 1500 km