Jadi, charger laptop saya sedang agak bermasalah. Saat laptop itu di-charge, dia sering on dan off sambil mengeluarkan bunyi notifikasi. Bunyi ini cukup membuat saya stress karena saya tau hal ini dapat merusak baterai laptop yang pada akhirnya merusak laptop. Sebenarnya masalah ini sudah saya rasakan sejak saya di Indonesia, atau sudah berlangsung mungkin kurang lebih 2 atau 3 bulan. Hanya saja saat itu masih bisa saya abaikan dan berharap masalah itu akan hilang. Tapi ternyata tidak, karena saya tau sebenarnya ada masalah pada kabel-kabel di charger itu sehingga proses pengisian baterai sering tersendat-sendat. Dan akhirnya saya mulai khawatir, karena laptop termasuk salah satu jiwa saya. Jika laptop saya mati, maka matilah salah satu jiwa saya (tidak bisa bekerja lagi…).
Akhirnya saya putuskan untuk mencari charger pengganti. Ada yang menawarkan opsi mencari online, namun karena khawatir tidak cocok, opsi ini tidak saya pertimbangkan. Menurut saya lebih baik mendatangi toko komputer dan membawa laptop sekalian untuk bisa disesuaikan chargernya. Berdasarkan informasi, saya bisa mendatangi salah satu retail supermarket besar yang menjual segala jenis keperluan termasuk laptop dan kawan-kawannya. Yodobashi, itu namanya, dan di Fukuoka lokasi terdekat dari saya adalah di Hakata. Jam 3 sore saya minta ijin untuk meninggalkan kampus kepada sekretaris professor (professor kebetulan sedang tidak masuk).
Dari kampus menuju Hakata cukup mudah, tinggal naik JR Train di Onojo Station (stasiun terdekat dari Chikuchi Campus, Kyushu University) dan langsung turun di Hakata Station. Dan alhamdulillah dapat kereta express, sehingga tidak terlalu banyak berhenti di stasiun-stasiun lainnya dan dalam waktu kurang dari 10 menit sudah sampai di Hakata Station. Satu hal yang cukup tricky di Jepang ini jika dibandingkan dengan di Korea adalah tentang exit station atau pintu keluar. Jika di Korea, kemanapun saya pergi naik subway, saya selalu mencari tahu terlebih dahulu pintu keluar saya. Karena jika salah pintu keluar, alamat kita bisa tersesat dan tidak sampai di tujuan. Tapi selama saya di Jepang ini, setiap saya ingin mencari suatu lokasi, jarang sekali saya mendapatkan informasi exit station-nya. Tampaknya kita bisa keluar dari pintu manapun dan setelah sampai di luar silahkan tentukan arah menuju lokasi yang diinginkan (dan tentu saja harus bermodalkan google map). Namun saya tidak pandai menentukan arah jalan saya meskipun sudah menggunakan google map. Kemungkinan terburuknya, meskipun sudah menggunakan google map namun tetap saja nyasar dan ini terjadi dalam usaha saya menemukan Yodobashi.
Dengan sedikit perjuangan, saya berhasil menemukan Yodobashi. Sampai saat ini, menemukan sebuah lokasi di Jepang ini dengan bermodalkan google map masih membawa kebahagian tersendiri bagi saya. Bahagia itu ternyata sangat sederhana. Yodobashi sangat besar, bahkan mencari bagian komputer dan laptop-pun saya masih harus nyasar juga, pyuuh. Dan pencarian saya sia-sia, karena mereka tidak punya charger untuk Acer. Putus asa, pasti, tapi saya tidak boleh menyerah. Saya harus mendatangi satu toko elektronik lagi yang bernama BIC Camera. Namun lokasinya tidak di Hakata tapi Tenjin. Sama-sama pusat kota, jarak tidak terlalu jauh. Menurut google map, bisa naik subway atau jalan kaki. Jalan kaki kira-kira 2 km dan saya putuskan untuk jalan kaki. Gila, mungkin iya. Tapi saya ingin jalan-jalan sore, melihat-lihat sekeliling saya, yang tidak mungkin saya lakukan jika saya tidak sendirian (mana ada teman yang mau diajak jalan kaki sejauh itu). Ransel saya berat karena berisi laptop, sepatu flat saya tidak terlalu nyaman karena kaki saya berkeringat, tapi who’s care. Ini tentang diri saya sendiri dan yang saya rasakan sendiri.
Dalam perjalanan sejauh 2 km itu, ada banyak hal yang bisa saya amati dan poto. Termasuk penemuan sebuah kuil, pasar ikan dan juga persiapan orang-orang yang akan berjualan malam (semacam warung tenda). Kaki terasa sangat lelah, tapi bahagia saat berhasil menemukan BIC Camera. Dan ternyata sama saja, BIC Camera juga tidak menjual charger Acer. Kecewa? Tentu saja. Tapi sepanjang perjalanan 2 km itu saya sudah berdamai dengan diri sendiri seandainya saya akan mengalami kekecewaan. Terkadang disitulah kelebihan melakukan sesuatu sendirian. Kita hanya perlu memikirkan diri kita sendiri, tidak perlu memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Jika saya pergi dengan orang lain, belum tentu dia mau diajak berjalan kaki sejauh itu. Dan jika dia mau, saat pencarian kita tidak menemukan hasil, perasaan bersalah pasti akan muncul terhadap orang itu.
Lalu apa yang harus saya lakukan dengan kegagalan ini? Saya harus kembali kepada opsi mencari online. Dan ini tampaknya memerlukan bantuan orang native. Baiklah, besok akan saya bicarakan dengan Tanaka-san (perkenalkan, dia adalah sekretaris professor).