Kamis, 8 Februari 2024 saya mendapat kesempatan lagi untuk melakukan pendakian. Pendakian kali ini adalah Gunung Lawu. Rombongan saya bertiga orang dan kami memulai pendakian dari loket tiket Cemoro Sewu. Harga tiket untuk tek tok adalah 25 rb dan sedikit berbeda dengan pendakian Gunung Mongkrang, pendakian Gunung Lawu lebih ketat. Di loket tiket kita diminta mencatat jumlah dan identitas rombongan pendaki, serta meninggalkan satu kartu identitas. Tentu saja, Gunung Lawu jauh lebih tinggi dan ekstrem pendakiannya dibandingkan Gunung Mongkrang. Bahkan petugas loket menanyakan apakah kita sudah membawa jas hujan atau senter. Jika belum, kita akan diminta membeli di loket ini.
Tepat pukul 7.20 pagi, kami memulai pendakian menuju Pos 1 yang katanya berjarak sekitar 1,9 km dengan jarak tempuh sekitar 45-60 menit. Rute pendakian Gunung Lawu ini adalah jalanan berbatu dan dari awal pendakian kita sudah harus melalui jalur-jalur curam. Dari awal, napas sudah diminta untuk ngos-ngosan.
Sampai di Pos 1 kami langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 2. Dan saya menyadari kondisi sepatu saya yang sedikit demi sedikit solnya mulai terlepas. Saya tidak menyangka sepatu yang saya pakai rusak, karena sepatu itu termasuk jarang saya pakai. Tapi bisa jadi karena dipakai mendaki, sepatu yang awalnya rusak sedikit bisa rusak dalam jangka waktu yang sangat pendek.
Sepanjang pendakian saya perhatikan pohon-pohon yang gersang dan mati karena peristiwa kebakaran saat musim kemarau yang lalu. Sungguh kasihan habitat hutan Gunung Lawu ini. Butuh waktu lama untuk kembali menghijaukannya. Alhamdulillah meskipun banyak pohon yang gosong, namun kondisi yang sedikit mendung membantu melindungi kami, para pendaki dari panasnya sinar matahari.
Sekitar jam 9.45 kami tiba di Pos 2 dengan kondisi yang mulai lelah. Menikmati irisan semangka di warung di Pos 2 menjadi kenikmatan sendiri. Kami berhenti sebentar di Pos 2, lalu kami melanjutkan pendakian. Sepatu saya sudah semakin mengkhawatikan. Rute Pos 2 ke Pos 3 terasa lebih ekstrem lagi, lebih curam. Jam 11 kami tiba di Pos 3 dengan jarak yang sudah kami tempuh dari bawah 4.62 km. Masih dengan konsistensi, kami langsung melanjutkan perdakian, karena tidak ada warung di Pos 3.
Namun, separo jalan dari Pos 3, gerimis mulai turun. Saya cukup khawatir kalau kami terjebak hujan jika memaksakan terus naik ke puncak. Akhirnya dengan berat hati kami putuskan untuk turun saja, meskipun rute yang ditempuh hanya tinggal Pos 4 dan Pos 5 saja untuk sampai puncak. Namun kita harus tetap realistis. Dari awal saya tidak membayangkan jika harus turun gunung saat hari sudah mulai gelap dan saya tidak siap. Apalagi dengan kondisi yang rawan hujan lebat.
Jam 11.30 kami putuskan untuk turun dengan kondisi mulai gerimis. Mantel hujan mulai kami pakai dan sedikit mempengaruhi pergerakan. Akhirnya sol sepatu sayapun menyerah, dua-duanya menyerah kalah. Saya terpaksa berjalan hanya mengandalkan sisa sepatu yang ada, dalam kondisi basah karena hujan. Perjalanan turun ternyata tetap sama sulitnya dengan perjalanan naik. Hampir 3 jam perjalanan turun kami tempuh. Namun ditengah perjalanan hujan alhamdulillah berhenti, meskipun cuaca tetap mendung.
Jam 15 kami sampai kembali di base camp. Meskipun tidak sampai puncak, namun saya sangat menikmati pendakian ini. Selalu ada hal dan pengalaman baru dari setiap pendakian yang sudah saya lalui. Meskipun setelah mendaki, 2 sampai 3 hari badan akan terasa sakit semua, saya berharap ada kesempatan untuk mendaki Gunung Lawu sampai puncak. Tentu dengan persiapan dan niat yang lebih matang lagi, dan cuaca yang lebih bersahabat.