A road trip of silaturahim

Long weekend dari hari Kamis hingga Jumat, 1-4 Juni 2023 dan undangan baralek dari saudara di Bekasi menjadi alasan perjalanan panjang dari Ngawi menuju area Jawa Barat dilakukan. Entah berapa ratus kilometer yang sudah ditempuh, namun perjalanan dengan niat berkunjung ke saudara itu terasa tidak melelahkan.

Semua diawali dengan keberangkatan dari Ngawi hari Kamis jam 6 pagi. Full melalui tol, kami tiba di Subang, tepatnya di wilayah Pagaden jam stengah 12 siang. Istirahat dan dijamu makan siang oleh para keponakan, Zikri juga Uci yang baru mulai merintis usaha di kota kecil namun ramai ini.

Setengah dua siang, perjalanan dilanjutkan menuju Purwakarta. Kembali naik tol dan kami merasakan padatnya jalan tol ke arah berlawanan. Tampaknya setiap libur, arah menuju wilayah Jateng Jatim menjadi favorit penduduk Jabodetabek. Waktu menunjukkan pukul 4 sore hari dan kami tiba di gudang toko bahan kue milik Mped, panggilan Fedri yang juga keponakan. Gudangnya sangat besar. Kami juga sempatkan mengunjungi tokonya yang memang sangat ramai karena pembeli datang silih berganti.

Melewati pukul 5 sore, kami melanjutkan perjalanan menuju Cileunyi, Bandung dengan tujuan toko Abang Andi, sepupu yang sudah lama menetap disini. Perjalanan semakin terasa tambah padat dan pukul setengah 7 malam kami sampai di tokonya. Sambil menikmati makan malam, kunjungan kami akhiri menjelang pukul 8 saat toko Abang harus tutup. Rencana awal menginap di Bandung kami ubah, meskipun Abang sudah menawarkan untuk menginap di rumahnya.

Kami lanjutkan perjalanan menuju Karawang dan menginap di Fave Hotel kota Karawang. Pukul 10 malam kami tiba di hotel, dan langsung beristirahat karena perjalanan seharian yang mulai terasa melelahkan.

Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan kembali mulai pukul 8 pagi dengan tujuan pertama adalah Cileduk Tangerang. Jam 10 kami sudah sampai di rumah Arpan untuk menjenguk Mak Wo. Disini kami beristirahat cukup lama sambil menunggu para lelaki melaksanakan shalat Jumat.

Jam 1 siang, kami lanjutkan perjalanan ke Depok untuk mengunjungi Ni Zum sekalian takziah karena suaminya baru meninggal. Tanpa sengaja kami bertemu dengan saudara-saudara lain sehingga membuat kunjungan ini terasa lebih berarti. Jam 5 sore kami meninggalkan rumah Ni Zum menuju rumah Cici yang tidak terlalu jauh jaraknya.

Kami putuskan bermalam di rumah Cici karena rumahnya yang luas dan bisa menampung rombongan kami. Malam hari kami keliling kota Depok untuk melihat toko Rahma, toko Ranti, ke rumah Ranti dan makan malam. Jam 9 malam kami kembali ke rumah dan begadang sampai malam hanya untuk ngobrol ngalor ngidul.

Hari Sabtu jam 9 pagi kami meninggalkan Depok menuju Cileungsi. Tujuan pertama ke rumah Uda Berlian lalu dilanjutkan ke rumah Ewa. Jam 11 kami sudah sampai di rumah Ewa dan istirahat disini sampai pukul 4 sore. Lalu kami lanjutkan menuju rumah Da Im, yang akan memiliki hajat menikahkan anaknya besok, di Kranggan. Jam 8 malam kami meninggalkan Kranggan kembali ke Cileungsi, rumah Roma, untuk bermalam.

Hari Minggu jam 7 pagi kami menuju Cibitung tempat acara pernikahan berlangsung. Perjalanan ditempuh kurang lebih satu jam. Acara akad nikah berlangsung jam 8 pagi dan resepsi pukul 13 siang di lokasi yang sama. Jam 11 kami putuskan untuk meninggalkan lokasi untuk menempuh perjalanan kembali ke Ngawi. Tepat pukul 8 malam kami tiba di Ngawi.

Perjalanan panjang yang melelahkan dengan banyak pengalaman dan hikmah yang dapat diambil. Kami bersyukur dengan adanya jalan tol yang memudahkan perjalanan panjang ini sehingga dapat ditempuh dengan waktu yang lebih singkat meskipun dengan biaya yang lebih banyak untuk dikeluarkan.

Rute panjang perjalanan darat selama 4 hari 3 malam dengan total jarak yang ditempuh kurang lebih 1500 km

Desain canva atau kontennya?

Semua berawal dari membaca sampel e-book di aplikasi Play Books. Saya menemukan satu buku yang berjudul Why We Sleep karya Matthew Walker. Buku yang menarik karena mengulas tentang tidur yang merupakan salah satu aktivitas yang menghabiskan hampir 1/3 hidup manusia dan dianggap masih misteri, mengapa kita tidur? Berhubung saya masih berhutang satu buku yang belum selesai saya baca, sesuai komitmen, saya belum boleh dulu membeli e-book baru. Akhirnya saya hanya membaca sampel bukunya saja dan sudah menemukan banyak hal menarik yang diulas tentang tidur.

Salah satu hal menarik yang saya temukan adalah tentang jenis manusia berdasarkan circadian rhythm-nya. Circa berarti around dan dian berarti day yang secara keseluruhan berarti ritme harian manusia. Sebenarnya ini bukan pengetahuan baru bagi saya, namun membaca buku ini saya serasa mendapatkan justifikasi dan penjelasan lebih lengkap lagi. Manusia dibagi menjadi 3 tipe yaitu morning larks, night owls, dan in between. Morning larks adalah orang-orang yang terbiasa bangun pagi, lebih produktif di pagi hari dan tidur lebih cepat di malam hari. Night owls adalah orang yang terbiasa tidur larut malam, lebih produktif di malam hari dan tidak suka bangun cepat di pagi hari. In between adalah orang-orang yang ada diantara morning larks dan night owls, bisa melakukan dua-duanya namun dengan kecenderungan ke arah night owls. Secara persentase, 40 % populasi dunia adalah morning larks, 30 % night owls dan 30 % in between. Dalam bukunya, penulis tidak menjustifikasi bahwa tipe satu lebih baik dari tipe lainnya. Buku tersebut malah mengkritik society yang tidak memberikan ruang berkembang bagi para night owls, karena produktifitas umumnya dilihat pada waktu siang hari.

Saat membaca informasi tentang tipe manusia ini, saya langsung terpikir untuk membuatkan poster grafisnya. Kebetulan saya sedang suka bermain canva. Akhirnya saya alokasikan waktu untuk utak-atik canva disela waktu libur long weekend dan jadilah poster infografisnya. Saya puas dengan desain saya. Saya selalu mengagumi orang-orang yang memiliki kreatifitas dalam membuat desain karena itu hal yang tidak mungkin saya lakukan. Namun, perkembangan teknologi, dengan banyaknya aplikasi membuat orang seperti saya pun ternyata bisa membuat desain. Meskipun penghargaan tertinggi saya tetap pada orang-orang yang kreatif tanpa bantuan aplikasi.

Setelah poster canva jadi, saya galau apakah poster itu perlu saya bagikan di sosial media atau tidak? Saya berpikir sangat sayang informasi itu tidak disebarkan karena berbagi ilmu akan mendatangkan pahala. Namun saya bukan tipe yang suka update sosial media. IG menjadi pilihan saya, namun dengan konsep IG saya yang ada selama ini, poster itu rasanya tidak masuk scope (scope yang saya buat-buat sendiri padahal). Mau dibagi ke grup whatsapp juga terlalu banyak pertimbangan saya. Mau buat IG baru dengan scope baru, juga saya ragu dengan konsistensi saya. Kadang saya suka sebal dengan diri sendiri seperti ini, yang terlalu banyak pertimbangannya. Harusnya “just do it”, apapun pilihannya, tidak perlu ditimbang berlarut-larut.

Akhirnya untuk meredakan pergolakan batin, tulisan ini yang jadi termasuk posternya. Saya berbagi di blog ini saja, meskipun tidak banyak aktivitas di blog ini, namun saya berharap kalau posternya sudah masuk dunia maya akan tetap bisa memberikan manfaat (bagi orang-orang yang nyasar masuk kesini).

To read a book

Saya sering meng-klaim diri saya sendiri sebagai orang yang suka membaca buku. Namun, saya sering menyalahkan waktu yang tidak banyak memberi saya kesempatan membaca buku.

Saya juga sering menganggap diri saya tidak gila sosial media. Saya bukan tipe yang suka memperhatikan kehidupan pribadi orang lain, kenal ataupun tidak kenal. Sosial media saya gunakan untuk mengikuti orang lain yang bisa membantu saya menambah pengetahuan. Di hape saya, ada tiga sosial media yang aktif: whatsapp, IG dan twitter.

Saya suka menganggap diri saya suka memegang hape. Rasanya hampa kalau beberapa menit saja tidak memegang hape. Pada suatu akhir pekan yang saya merasa punya cukup waktu, hape saya pegang dalam waktu yang cukup lama dan saya hanya berkutat dengan tiga sosial media di atas. Tidak terasa waktu berlalu tapi akhirnya perasaan bersalah saya muncul. Menghabiskan banyak waktu hanya untuk geser-geser jari di sosial media. Selain tiga sosial media itu, saya tidak tahu lagi harus lakukan apa dengan hape yang saya sukai pegang itu.

Saya ingin membaca sesuatu, tapi kalau hanya meng-google saya tidak punya inspirasi ingin membaca apa. Akhirnya saya buka beberapa aplikasi di hape dan melihat play books. Iseng saya buka dan saya menemukan kepuasan membaca sampel-sampel buku yang ditawarkan. Dua hal yang saya puas dengan play book: banyaknya buku Bahasa Inggris (wah saya ga harus cari-cari periplus lagi) dan saya bisa beli dengan harga rupiah dan pakai e-wallet yang sudah saya punyai (ga perlu ribet pakai kartu kredit).

Akhirnya saya beli satu buku karya Risa Saraswati (William). Novel Bahasa Indonesia pertama yang saya beli lagi setelah sekian lama vakum. Buku itu saya selesaikan dalam waktu kurang dari dua hari. Wah ini ternyata kelebihan membaca buku di hape, saya bisa selingi diantara waktu-waktu saya memegang hape.

Selesai dengan William, saya tergoda mencari buku lain. Saya menemukan satu buku dari pengarang yang saya pernah beli bukunya sebelumnya. Geography of Bliss karya Eric Weiner. Dulu saya baca bukunya yang berjudul Geography of Genius. Saat ingin membaca lanjutan sampel Geography of Bliss, saya sempat berpikir apakah harus terus menerus membeli buku? Meskipun banyak penawaran diskon namun tetap saja merasa bersalah kalau dalam jarak beberapa hari saja sudah membeli buku lagi.

Saya berpikir seandainya ada opsi berlangganan di aplikasi membaca tersebut, tentu terasa lebih menguntungkan. Saya bisa membaca banyak buku tanpa perlu membelinya. Namun ternyata play books tidak menawarkan subscription. Saya temukan aplikasi Scribb yang memiliki fasilitas berlangganan. Namun dengan biaya 70 rb per bulan, saya juga berpikir ini bukan penawaran menguntungkan, karena belum tentu saya punya waktu membaca dalam sebulan itu. Saya cek Gramedia online, biaya berlangganan sebulannya malah lebih mahal lagi, 99 rb perbulan. Aaahhh kenapa tidak ada yang memberikan penawaran berlangganan selama setahun dengan biaya yang agak lebih murah?

Akhirnya saya putuskan bertahan dulu dengan play books. Kompromi saya adalah baca dulu sampelnya, kalau bagus dan penasaran bisa lanjut dengan membeli bukunya. Namun syarat membeli buku adalah sudah menyelesaikan membaca buku sebelumnya. Saya tidak ingin di dunia digital juga tetap menjadi TSUNDOKU, seperti halnya di dunia nyata.

Happy reading and enjoy holding your phone without feeling guilty! Itu pesan untuk diri saya sendiri saat ini.

Chef’s Kim Restaurant

Dari judulnya pasti sudah ketebak tulisan kali ini tentang apa. Yup, makanan Korea. Kebetulan resto itu baru (ga baru-baru banget sih) buka di Malang. Dan semuanya berawal dari keinginan Ledy (sohib and rekan kerja saya) untuk mencoba dan secara langsung mengenal masakan Korea. Dia ingin saya sebagai orang yang pernah tinggal di Korea menjelaskan langsung padanya sambil makan.

Setelah cukup lama hanya berencana, akhirnya kami (plus kiki, yg juga sohib dan rekan kerja saya) putuskan hari Kamis sore yang lalu makan di Chef’s Kim. Letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Karena sore hari, saat kami datang tidak banyak pengunjung. Namun karena kami disana cukup lama, saya bisa simpulkan resto ini cukup diminati.

Saat buku menu dibuka, semua nama masakan terasa familiar, meski terasa aneh karena membaca pakai huruf latin. Semua masakan bisa saya jelaskan, meskipun beberapa masakan sebenarnya belum pernah saya cicipi. Alasannya karena di Korea harus hati-hati memilih masakan yang tidak mengandung babi atau daging. Ledy dan Kiki sangat antusias melihat jenis-jenis masakan itu. Maklumlah, mereka para pencinta drakor dan budaya Korea. Sama dengan saya, dan saya bisa klaim saya yang paling veteran.

Akhirnya kami putuskan memesan empat jenis masakan: jajangmyeon, tteopokki, yangnyeom chicken dan ramyeon. Untuk minumnya, kami pesan yucacha hangat. Saat makan, mereka berdua meminta pendapat saya tentang rasanya, apakah sama dengan rasa asli di Korea-nya. Saya bilang hampir mirip kok. Mungkin hanya sedikit-sedikit beda seperti saos tteopokkinya yang terlalu kental. Kalau Jajangmyeon, selama di Korea saya tidak pernah makan karena masakan ini sebenarnya mengandung babi. Kalau di Chef’s Kim, jajangmyeonnya pakai daging ayam makanya saya mau pesan. Terus terang saya penasaran dengan rasa jajangmyeon. Empat menu itu kami makan bersama dan dengan porsinya yang cukup besar dan semua terasa berat, membuat kami kekenyangan.

Dari kiri ke kanan: tteopokki, ramyeon, yangnyeom chicken, jajangmyeon

Hampir dua setengah jam kami disana, sambil ngobrol ngalor ngidul. Tentu temanya tidak jauh-jauh dari drakor dan diselingi sedikit omongan pekerjaan. Saya tanya pendapat mereka tentang masakan dan resto ini, dan mereka menyukai masakannya namun tidak untuk dimakan secara rutin. Sekali-sekali saja, dan saya-pun sepakat. Bagaimanapun juga masakan Indonesia tetap jauh lebih enak. I ❤ Indonesia.

Aktivitas seperti ini penting untuk mem-balance-kan hidup

Shalat di Mesjid Jogokariyan

Saya dapat kesempatan mengunjungi salah satu mesjid yang terkenal di Yogyakarta, Mesjid Jogokariyan. Kenapa dia terkenal, saya yakin google bisa membantu memberikan jawabannya. Mungkin tulisan ini akan sedikit membantu menambahkan informasi sehingga membuat mesjid ini lebih terkenal lagi.

Saya sengaja datang ke mesjid ini menjelang shalat dhuhur dengan niat untuk ikut shalat dhuhur berjamaah. Kesan pertama melihat mesjid ini terasa tidak ada yang spesial karena memang tampak mesjid ini seperti umumnya mesjid yang ada di daerah padat pemukiman. Namun kesan pertama yang saya tangkap adalah mesjid ini ramai, saya yakin banyak pengunjung yang bukan orang lokal datang kesini.

Saat masuk area pelataran yang sekaligus menjadi tempat parkir sepeda motor, saya dihampiri satpam. Dia bertanya apakah saya bagian dari suatu rombongan tamu mesjid? Saat saya sampaikan saya hanya tamu biasa yang akan shalat dhuhur di mesjid, dia langsung memberitahu dimana area wudhu dan shalat perempuan. Kesan pertama yang sangat ramah.

Setelah meletakkan barang bawaan di area shalat, saya menuju toilet. Dan kesan pertama saya, toiletnya sangat bersih dan nyaman. Menyenangkan.

Saat kembali ke area shalat, saya perhatikan tempelan pengumuman di dinding yang menuliskan hadiz dan intinya berbunyi “shaf terbaik laki-laki adalah shaf paling depan dan shaf terbaik perempuan adalah paling belakang”. Pengumuman itu meminta jamaah wanita untuk memenuhi shaf dari belakang dulu. Saya sempat bertanya-tanya bagaimana mereka akan mengatur ini karena agak berlawanan dengan pola umum masyarakat yang selalu memenuhi shaf dari depan. Namun ternyata saat adzan mulai berkumandang, ada seorang ibu yang saya yakin seorang jamaah lokal, atau bahkan pengurus masjid, yang rajin mengingatkan jamaah wanita untuk mengisi terlebih dulu shaf belakang dan semuanya patuh pada instruksi.

Menjelang shalat dhuhur dimulai, imam mengumumkan kepada para musafir yang akan menjamak shalat, saat sudah selesai shalat dhuhur diminta untuk berpindah ke area yang kosong untuk melanjutkan jamak shalat berjamaah. Sangat menarik pemberitahuannya. Menunjukkan bahwa mesjid ini memang banyak didatangi orang- orang dari luar kota.

Selesai shalat dhuhur, imam kembali mengingatkan untuk jamaah yang akan menjamak shalat. Kami para jamaah wanitapun langsung bergegas mencari area kosong di shaf depan dan mengikuti imam yang memimpin jamak shalat. Terus terang, sebenarnya saya masih agak bingung aturan jamak shalat kalau kita shalat wajibnya mengikuti imam lokal. Apakah kita harus jamak biasa atau boleh jamak qashar? Saat shalat jamak dimulai saya hanya bisa menerka-nerka saat rakaat kedua, apakah duduk tahiyatul awal atau akhir. Ternyata imam melaksanakan shalat 4 rakaat untuk ashar. Alhamdulillah sekarang saya punya kemantapan hati untuk kejadian seperti ini, shalat seperti apa yang harus saya lakukan.

Saya mendengar salah satu kelebihan Mesjid Jogokariyan adalah infaq dari pengunjung langsung dimanfaatkan untuk keperluan mesjid dan jamaah. Dan saya perhatikan ada banyak jenis kotak amal sesuai peruntukannya, seperti kotak amal operasional, kotak amal parkir, kotak amal beras, kotak amal dunia Islam, dsb. Pembagian kotak amal seperti ini membantu memudahkan distribusi sedekah para jamaah.

Pengalaman pertama saya di Mesjid Jogokariyan memberikan saya banyak hal-hal dan ilmu-ilmu baru. Alhamdulillah.

Tampak depan Mesjid Jogokariyan

Obat Penunda Haid untuk Umroh

Cerita kali ini akan membahas tentang persiapan umroh saya tanggal 1-12 Februari 2023 yang lalu. Salah satunya adalah bagaimana mengatur periode haid agar tidak menghalangi waktu umroh nanti. Saya lupa saat umroh yang lalu, tahun 2016, bagaimana prosesnya. Namun untuk yang sekarang ini atas saran teman, saya konsultasi langsung ke dokter umum di Klinik UB.

Akhirnya hari Senin, 16 Januari saya putuskan ke Klinik UB dan bertemu dokter umum yang saya lupa siapa namanya. Si dokter menginterogasi saya terkait jadwal haid saya terakhir, yang kebetulan baru selesai tanggal 10 Januari. Sebenarnya si dokter memberikan alternatif obat yang harus diminum, namun dia mungkin merasa tidak yakin sehingga akhirnya dia minta saya untuk konsul langsung ke dokter kandungan. Dia kasi beberapa alternatif rujukan dokter kandungan, akhirnya saya pilih yang di rumah sakit UMM yang jalur harian saya ke kampus. Dari sini saya jadi sedikit tahu tentang alur BPJS dan ini kali pertama saya pakai BPJS.

Akhirnya hari Kamis, 19 Januari saya putuskan ke RS UMM untuk menemui dokter kandungan yang alhamdulillah perempuan. Wah ini kali pertama juga saya ke dokter kandungan. Antriannya sebagian besar ibu-ibu hamil. Seperti biasa, konsultasi diawali dengan si dokter bertanya-tanya riwayat haid saya. Kemudian dia minta saya untuk USG, yang juga pengalaman pertama saya. Setelah USG, si dokter bilang saya ada miom, tapi alhamdulillah dia bilang tidak membahayakan. Hanya diminta kontrol 6 bulan lagi.

Selanjutnya dokter sarankan saya untuk minum obat mempercepat haid karena saya masih ada waktu sekitar 10 hari sebelum berangkat umroh. Dia kasi resep obat yang harus diminum rutin sehari 3 kali dan harus tepat waktu minumnya. Tidak boleh telat-telat karena rawan bakal memunculkan flek katanya. Waktu nebus obat ke apotek RS, ternyata obatnya lagi kosong. Akhirnya saya tebus aja di apotek luar dan bayar 100 rb untuk 20 tablet. Petugas apoteknya bilang ini bukan obat subsidi sehingga harganya agak mahal. Nama obatnya adalah Novasteron(Norethisterone).

Akhirnya saya mulai minum obat dengan mengatur waktu jam 6 pagi, 2 siang dan 10 malam. Saya pasang alarm hape agar tidak terlupa. Selama 6 hari saya minum rutin tanpa terlewat satu hari pun. Setelah obat habis, saya mulai khawatir karena tidak tahu kapan haid akan datang. Hari kedua setelah minum obat, dan haid tidak kunjung datang, saya mulai cemas karena tidak tahu harus bertanya kemana. Iseng meng-google, saya temukan artikel yang menuliskan haid akan datang setelah 2-3 hari obat selesai dikonsumsi. Dan alhamdulillah benar, hari Minggu tanggal 22 Januari haid saya datang. Dua hari menjelang saya berangkat umroh, haid selesai. Alhamdulillah umroh saya terlaksana dengan lancar.

A story about 김성철

Hmmm. Saya ingin menulis tentang KSC yang akhir-akhir ini mengalihkan dunia saya. Siapa KSC? Saya akan tulis dalam bentuk poin-poin untuk memudahkan memahami penemuan saya tentang dirinya.

  1. Dahulu kala saat saya masih mengidolakan DBSK, saya menonton satu video penampilan solo Kim Junsu menyanyikan lagu yang saya ingat judulnya adalah 체념 (sekitar tahun 2009). Duh saya suka sekali mendengar suara Junsu menyanyikan lagu ini. Dan butuh waktu cukup lama saya menyadari bahwa lagu ini dicover dari penyanyi aslinya BIGMAMA. Itu sedikit informasi yang saya tahu saat itu. Saya ingat sekali ada momen saya mendengarkan lagu Junsu ini dan saya membatin sangat ingin ke Korea. Suara batin yang sangat spesial menurut saya karena terjadi dalam perjalanan malam saya kembali ke Malang, di dalam mobil travel yang gelap dan sunyi. Luar biasa dan Alhamdulillah suara batin itu dikabulkan Allah di tahun yang sama juga, 2009.
  2. Kira-kira beberapa minggu yang lalu (awal tahun 2022 ini), saya teringat kembali lagu 체념. Karena saya sudah subscribe spotify, dengan gampang saya temukan lagu ini, dan penyanyinya tertulis Lee Young Hyun bukan BIGMAMA. Lalu di youtube saya menemukan acara dengan judul KillingVoice dan karena ada BIGMAMA di daftar videonya, saya tontonlah pertunjukan mereka. Ternyata disini saya tahu kalau Lee Young Hyun adalah member dari BIGMAMA dan lagu 체념 adalah lagu solonya.
  3. Karena lagu ini sangat bagus menurut saya, akhirnya saya terdampar di youtube mencari siapa-siapa saja yang sudah meng-cover lagu ini. Lalu tidak sengaja saya menemukan sebuah cover dari grup yang bernama JSDK dan saya cukup terpana karena salah satu membernya adalah 이상이. 이상이 ini menarik perhatian saya di drama Hometown Cha Cha Cha. Saya tidak menyangka dia bisa bernyanyi dan suaranya sangat bagus. Meski di HCCC ada scene dia bernyanyi, tapi saat menonton saya hanya menganggap dia pandai bernyanyi saja. Akhirnya karena penasaran, pencarian youtube saya berpindah ke 이상이 sampai saya menemukan sebuah acara Netflix yang berjudul Quiz Alarm.
  4. Saya tonton Quiz Alarm ini dengan tujuan melihat 이상이, tapi ternyata saya terkesima dengan KSC. Faktanya adalah 이상이 dan KSC adalah teman kuliah satu angkatan (2010) di Korea National University of Arts. Di acara ini saya menyadari betapa kiyutnya KSC. Malam itu saat saya pertama kali menemukan video youtubenya, saya tonton sampai tiga kali acara Netflix ini. Dari acara ini saya juga sadar bahwa KSC adalah pemeran Ji Ung di drama Our Beloved Summer yang sedang saya tonton. Second lead yang saat awal muncul di dramanya saya anggap tidak terkenal dan tidak terlalu ganteng. Bahkan sudah hampir separo episode dramanya, saya anggap dia sangat standar dan tidak membekas di hati. Duuuh, maafkan saya. Tapi kayanya saya kualat, karena Quiz Alarm ini membuat saya tergila-gila pada KSC.
  5. Setelah itu akhirnya pencarian saya berpindah ke KSC. Dan saya baru tahu dia ternyata musical actor dengan suara yang luar biasa. Saya menemukan satu video duet dia dengan 이상이 meng-cover lagu dengan judul 잘 지내자, 우리. Suaranya menghinoptis saya, sampai berhari-hari saya mendengarkan loop version video ini selama berjam-jam di youtube.
  6. Hasil exposure saya terhadap KSC membuat saya follow IG nya @sungcheol2 dan saya ingat saat saya follow, followernya sudah ada 600 ribuan. Hanya dalam selang beberapa minggu dari saya follow, sekarang saya lihat followernya sudah lebih 1M. Wow. Saya sampai DM dia untuk kasi selamat. Haaha, sesuatu yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Dan tentu sampai sekarang DM saya itu tidak berbalas.
  7. Hasil exposure saya lagi, ternyata saya pernah menonton drama dia “Do you like Brahms?” dimana dia juga menjadi second lead. Dan saya tidak sadar itu dia. Dia juga jadi cameo di Hospital Playlist dan Vincenso dan ternyata banyak juga dramanya yang lain. Saya juga menonton film dia yang berjudul To Jenny, musical drama dan OST nya menghiasi spotify saya berhari-hari.
  8. Sekarang, suggestion youtube saya sudah berpindah ke KSC disaat sebelumnya dipenuhi oleh BTS. Dan masih karena KSC, saya menonton ajang pencarian bakat musikal aktor tahun 2021 karena dia menjadi MC nya. Hanya karena KSC, saya tonton acara itu meski tanpa subtitle. Dan saya menyadari bahwa ada orang-orang yang sangat berdedikasi pada mimpinya dan dikaruniai bakat seni yang luar biasa. Dunia yang sungguh jauh berbeda dengan dunia saya.
  9. Sampai saat ini KSC masih mengalihkan dunia saya. Bahkan sambil menulis ini saya terus memutar tiga lagunya: 둘만의 이야기 dari musical Mr. Mouse, 잘 지내자, 우리 dan 노의 목소리.

Sungguh jalur yang cukup rumit untuk menemukan seorang KSC. Setelah selesai drama Our Beloved Summer, agenda dia berikutnya adalah tampil di musical dengan judul Death Note bersama dengan Kim Junsu. Sungguh ending yang sangat baik untuk cerita saya ini karena Kim Junsu saya anggap sangat berperan dalam penemuan saya terhadap KSC. Idol pertama saya yang membawa saya menemukan idol lain. Dan sekarang saya membatin ingin ke Korea lagi di Bulan April-Juni untuk bisa menonton musical mereka. Apakah suara batin ini akan terkabulkan? Hanya Allah yang tahu.

Semua berawal dari Netflix ini
Dua idol saya, dulu dan sekarang.

Kampuang escape: part 2

Cerita berikutnya adalah tentang waktu enam hari yang dihabiskan di kampuang. Berhubung senin malam kami sampai, dan karena kelelahan menempuh perjalanan panjang, setelah mandi, makan malam dan ngobrol sebentar kami putuskan beristirahat. Hari sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.

Selasa menjadi hari pertama menjalankan rutinitas di kampuang. Mama tetiba menjadikan kami anak2 sholehah dengan menyuruh shalat shubuh di masjid di seberang rumah. Untungnya shubuh di kampuang masih berada di jam 5 pagi kurang, disaat di Jawa sudah mendekati jam 4 pagi. Aktivitas kami berikutnya adalah piknik ke pasia aka Danau Singkarak. Menyenangkan sekali perjalanan ke pasianya, pemandangan sawah, pohon kelapa dan bukit barisan memberikan nuansa eksotis yang berbeda dengan rutinitas harian saya. Kondisi pasia yang tenang airnya melengkapi keeksotisan ini. Kami habiskan waktu dengan makan bekal yang kami bawa, mengumpulkan pensi dengan gampang karena air yang sangat tenang dan bening, berpoto-poto serta ngobrol ngalor ngidul. Sampai jam 11 kami puaskan menikmati pasia. Selepas shalat dhuhur, kami semua pergi ke Solok naik angkot. Tujuannya tentulah makan sate padang dan es tebak di pasar Solok. Memang ini adalah dua menu wajib kalau pulang kampuang. Tidak lama sih kami di Pasar Solok, menjelang ashar sudah kembali lagi ke rumah.

Rabu, hari kedua agendanya adalah berjalan pagi menuju villa. Ceritanya olahraga sambil menikmati pemandangan, tapi kami tergoda beli gorengan panas. Pisang, ubi goreng dan tahu isi. Wah rasanya beda dengan gorengan di Jawa. Apalagi saus untuk makan tahu isinya, wow, nikmat sekali. Rasa baru. Aktivitas pagi kami sedikit terkendala hujan yang turun. Niat mau mandi di air sumber ulu aia terpaksa dibatalkan karena hujan tak kunjung berhenti. Menjelang ashar hujan mulai reda, akhirnya kami putuskan untuk tour de kampuang dalam rangka silaturahim dengan berjalan kaki. Perjalanan dimulai ke rumah Ni Len, makam papa Nini dan Ni Mir, rumah Tek Wir, rumah Ni Nov, rumah gadang ayah buat ketemu Tek Yen dan terakhir rumah Pak Fahmi. Menjelang magrib kami sampai di rumah lagi.

Kamis, alhamdulillah cuaca cerah. Pagi kami putuskan jalan kaki ke sawah mama. Dan sama seperti kemarin, berbekal gorengan anget kami makan di gubuk orang dikelilingi sawah-sawah yang mulai menguning. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan naik angkot sewaan ke bukik mama, bukik palo banda. Di sini saya melihat pohon kemiri yang sangat besar sekali. Baru ini tau kalau kemiri itu dari pohon, kirain dari tanaman perdu-perduan gitu. Makan siang di bukik. Habis itu perjalanan lanjut ke ulu aia di Pinyangek. Perjalanan sekitar setengah jam. Dan benar, tempatnya eksotis meski blm tersentuh kenyamanan wisata. Airnya bening dan dingiiin. Meski siang bolong kami mandi tapi dinginnya terasa sekali. Puas juga berenang meski pakai baju harian yang berat. Habis berenang, macam ngikutin tradisi gitu, makan popmie di warung hahaha. Sore harinya kami motoran ke arah Singkarak. Sebentar saja, selanjutnya kami putuskan nongkrong di Dendi Villa Cafe. Cafe di kampuang dengan style cafe kekinian. Harga dan menu makanannya juga sejenis, tidak terlalu menarik bagi saya yang sedang ingin mencari otentitas kampuang.

Jumat pagi, waktunya menuju Balai Jumat, pasar seminggu sekalinya Nagari Saniangbaka. Yang menarik dari Balai Jumat ini, tentulah kulinernya. Kami borong hampir semua jenis jajanan, hanya untuk memuaskan lidah dengan cicip mencicip semua jenis jajanan. Setelah dari Balai Jumat, saya putuskan di rumah saja menyelesaikan SKP, disaat orang2 pergi ke acara aqiqahan. Saya tidak ingin ikut kumpul2 orang kampuang, pasti berasa awkward. Siang hari, kembali di guyur hujan sampai ashar. Karena cuaca membaik sesudah ashar, kami putuskan motoran lagi ke arah yang lebih jauh dari Singkarak, Taluk namanya. Disini banyak rumah2an tepi danau buat nongkrong menikmati sore di danau. Tapi belum lama kami duduk, hujan deras mengguyur. Akhirnya waktu digunakan untuk menanti hujan reda, dan karena tetap mendung gelap kami putuskan saja pulang menantang hujan. Basaaah.

Sabtu adalah waktunya ke Bukittinggi, time for shopping. Berangkat jam 10 pagi, nyewa mobil plus sopir. Jam 12 mampir di sebuah resto nasi kapau yang cukup ramai. Meski agak mahal tapi memang rasa masakannya luar biasa. Cita rasa minang yang mungkin susah didapat di rantau. Lalu perjalanan dilanjut ke sebuah objek wisata taman bunga, Elzatta. Macam di Batu aja, tempat yang penuh spot poto, tapi tanamannya keren-keren lah. Next, menuju Pasar Bukittinggi. Wah sudah lama ga ke pasar rasanya saya kok lapar mata, pengen beli semua. Ga banyak2 sih shoppingnya, cukup beli mukena instan, selimut dan celana batik aja. Yang banyak belanja tu di Jam Gadang. Beli oleh2 kaos buat orang2. Jam 5 sore kami putuskan pulang dan pas hujan lebat langsung turun. Alhamdulillah kami sudah di mobil. Turun mobil berikutnya hanya untuk makan Bika Talago, yummy.

Minggu pagi, waktunya ke Balai Akad di Sumani. Meski becek sangat tapi kami tak pedulikan demi makan katupek pitalah dan pical. Selain makan di tempat tak lupa untuk bungkus2 jajan lainnya. Minggu siang kami ke Solok naik angkot carter. Tujuan makan sate padang Paris lagi, kali ini minumnya es pokat. Mantap. Trus dilanjutkan beli oleh2 camilan. Malamnya tinggal packing2 karena besok pagi2 habis shalat shubuh waktunya balik ke Jawa (Bersambung).

Kampuang Escape: part 1

Pertengahan Oktober 2021 saya putuskan ikut Nini dan Ni Mira untuk pulang kampung, dalam rangka menjemput mama. Keputusan nekad sebenarnya diantara tumpukan pekerjaan, tapi saya tutup mata saja. Demi kampung yang sudah hampir 5 tahun tidak dikunjungi. Perjalanan pulang kami tempuh dengan naik bis ANS dari Cileduk-Sumani hari Minggu tanggal 17 Oktober 2021. Ada dua jenis bis ANS dalam perjalanan ini, satu kategori royal yang lebih luas dan ada untuk meluruskan kaki, dan satu lagi kategori eksekutif yang katanya sedikit lebih sempit dibandingkan royal. Kami naik royal dan saya bersama Ni Mira duduk di kursi paling depan persis di belakang sopir. Satu kelebihan bis ANS ini adalah ada pembatas antara sopir dengan bagian penumpang yang cukup kedap suara. Selama perjalanan, saya perhatikan bagian sopir tersebut bisa menjadi ruang merokok dan tidak mengganggu penumpang dengan asapnya.

Perjalanan dari Cileduk sampai Pelabuhan Merak berjalan lancar dan cukup singkat karena full melalui tol. Berangkat pukul 11 pagi dari Cileduk, jam 14.00 kami sudah berada di atas Selat Sunda. Hampir dua jam penyeberangan, kami manfaatkan untuk makan bekal yang telah disiapkan istri Arpan dan selebihnya main hape saja. Saya bisa menuntaskan satu dokumentari Netflix dengan judul Misha and the Wolves yang menceritakan tentang penipuan yang dilakukan oleh seorang wanita yang mengaku selamat dari peristiwa Holocoust dan hidup bersama kawanan serigala saat kecil.

Menjelang sore hari kami masuk Pulau Sumatra, Pelabuhan Bakauheni dan langsung masuk tol. Sepanjang jalan disuguhi hamparan berbagai perkebunan buah-buahan dan saya hanya ingat pohon pisang saja. Lampung mungkin terkenal dengan produksi pisangnya. Jam 5 sore kami berhenti di sebuah pemberhentian dan sekitar setengah jam perjalanan dilanjutkan lagi. Tapi baru beberapa saat, bis berhenti lagi di rest area untuk melaksanakan shalat magrib. Menurut Ni Mira, bis malam lintas Sumatra cukup sholeh dengan selalu berhenti pada waktu shalat magrib dan shubuh. Setelah shalat magrib, langit mulai gelap dan karena kami memutuskan tidak makan malam langung saja saya ambil posisi nyaman untuk tidur. Cukup nyenyak tidur saya, meski bis kadang-kadang terasa berguncang-guncang karena jalan yang tidak terlalu baik. Bahkan saya tidak terlalu tahu bahwa bis berhenti cukup lama di sebuah pom bensin. Jam 4 pagi bis berhenti di sebuah area yang saya tidak tahu dimana. Kami turun untuk ke toilet dan meluruskan pinggang. Waktu shubuh belum masuk sehingga kami putuskan shalat di bis saja. Setelah itu, mulai perjalanan yang penuh goncangan karena sudah masuk jalan lintas Sumatra (bukan tol lagi yang artinya sudah lepas Palembang karena batas terakhir tol adalah Palembang). Jalan penuh lubang, kecil dan itu membuat saya merasa sedang naik atraksi ombak banyu di pasar malam.

Pagi menjelang siang, perjalanan rasanya tak kunjung usai. Tapi bersyukur karena sudah siang sehingga bisa memperhatikan pemandangan Sumatra yang tampak berbeda dengan Pulau Jawa. Jam 14.00 baru kami berhenti lagi di sebuah daerah di Jambi. Toilet dengan air yang keruh berwarna merah adalah salah satu yang saya ingat di pemberhentian ini. Perjalanan kembali dilanjutkan dan jam 15.00 bis berhenti lagi di RM Palapa, sebuah kota di perbatasan Jambi-Sumatra Barat. Disini saya pertama makan masakan asli rumah makan padang (saya mau biasakan untuk menyebut masakan minang, tapi kok aneh ya). Perjalanan buka tutup karena jalan yang diperbaiki menjadi highlight dari sore hingga matahari terbenam. Akhirnya jam 19.00 kami masuk Terminal Solok. Karena tidak ingin menunggu terlalu lama, akhirnya Nini mengatur penjemputan kami menggunakan angkot carteran untuk sampai di Saniangbaka. Jam 21.00 kami sampai di rumah disambut mama, nipa dan juga hujan. Perjalanan yang melelahkan selama hampir 33 jam di bis. Meski melelahkan tapi kalau bisa berdamai dengan diri sendiri selama perjalanan, inshaallah tidak akan jadi masalah (Bersambung).

Pelajaran hidup di balik rusaknya pipa cuci piring

Pipa tempat cuci piring saya bermasalah, mampet dan sebenarnya sudah cukup lama saya rasakan. Tapi selagi masih saya bisa toleransi kemampetannya itu, saya biarkan saja. Hingga pada suatu hari, mampetnya sudah cukup parah sehingga saya putuskan untuk bertindak. Saya tuangkan bubuk yang menurut labelnya bisa menghancurkan segala jenis sumbatan pada pipa. Belum cukup satu menit bubuk itu dituangkan, mungkin karena begitu kerasnya kandungan kimia bubuk itu atau mungkin juga karena kualitas pipa yang buruk, pipa itu malah lepas dari bak cuci piringnya. Menyedihkan.

Dan, tentu saja menyebalkan. Mengganggu kenyamanan hidup ini namanya. Saya hubungi tukang yang biasa membantu memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil di rumah saya dan karena hari minggu, dia janjikan besok akan datang untuk cek kerusakannya. Keesokan harinya, pak tukang tidak datang dan karena kesibukan saya juga tidak mencoba menghubunginya lagi. Keesokan harinya lagi, hal yang sama masih terjadi. Hari ketiga dari kerusakan, karena waktu yang tidak pas antara kami, dia juga tidak bisa datang lagi. Hingga empat hari setelah kerusakan, baru dia bisa datang dan memperbaiki pipa itu. Beres masalah, damai kembali dunia saya. Lalu apa pelajaran hidup yang saya dapatkan dari kerusakan pipa ini?

Ada dua hal yang bisa saya rasakan. Yang pertama tentang kenyamanan hidup. Sebenarnya sudah dari lama saya tidak puas dengan bak cuci piring itu, tapi saya tidak menemukan alasan untuk tiba-tiba menggantinya. Dengan kerusakan ini, saya langsung minta pak tukang mengganti bagian dari bak cuci piring itu sesuai dengan yang saya inginkan dan saya merasa sangat puas dan bahagia sekarang. Jadi kesimpulannya, saya harus merasakan frustasi dulu untuk bisa mendapatkan kebahagian.

Yang kedua tentang rasa syukur. Empat hari bak cuci piring itu rusak, saya harus merasakan ribetnya urusan cuci piring karena harus mengangkut piring-piring kotor ke kamar mandi. Setiap akan mencuci piring, saya mengingat-ingat betapa nyamannya bisa mencuci piring langsung di bak cuci piring itu. Dari kejadian ini saya belajar untuk mensyukuri yang pernah saya punyai karena tanpa kejadian ini saya akan menganggap mencuci piring di bak cuci piring adalah sesuatu yang sangat biasa.

Setiap kejadian dalam hidup kita adalah pelajaran hidup, namun kita harus pandai memilih dari sudut pandang mana kita ambil pelajaran itu sehingga menjadi pelajaran hidup yang bermakna.