My 1st Time – Bukit Mongkrang

Saya termasuk tipe yang suka menikmati keindahan alam, termasuk mendaki, meskipun bukan jenis pendakian professional yang melibatkan gunung-gunung tinggi. Tawaran untuk mendaki Bukit Mongkrang di Tawangmangu akhir tahun 2023 yang lalu dari adik saya, yang kebetulan sedang hobi berjalan kaki, saya terima. Bukit Mongkrang adalah salah satu dari banyak anak Gunung Lawu.

Hari Minggu, tanggal 24 Desember 2023 jam 5 pagi, kami rombongan empat orang meninggalkan rumah di Ngawi menuju titik pendakian Bukit Mongkrang. Butuh perjalanan dua jam untuk sampai di parkiran kendaraan, dan perjalanan 5 menit untuk sampai ke loket pembayaran. Ada dua opsi pembayaran, yaitu opsi tek-tok, istilah yang baru saya ketahui untuk opsi naik turun gunung PP, dan opsi menginap. Tiket untuk kedua opsi itu cukup murah: tek-tok 10 rb dan menginap 15 rb. Di loket tiket ini ada toilet dan menjadi toilet satu-satunya di jalur pendakian Bukit Mongkrang.

Area parkiran dengan pemandangan latar Gunung Lawu

Sekitar 7.30 pagi kami mengawali pendakian ini, dengan semangat 45 untuk menghirup udara bebas dari alam. Jalur pendakiannya terasa masih aman, tidak terlalu menanjak dengan pohon di kanan-kiri. Pada beberapa titik, kita dapat menikmati keindahan puncak Lawu di seberangnya. Puncak pertama Bukit Mongkrang disebut Puncak Candi, dan ada dua warung berjarak yang kita lalui sebelum mencapai puncak ini. Meskipun warung-warung ini secara standar hanya menjual air mineral, mie dan minuman instant, dan tentu saja tidak ketinggalan cilok.

Saya tidak terlalu memperhatikan waktu, mungkin dalam waktu 1 jam kami berhasil mencapai Puncak Candi. Karena bertepatan dengan libur akhir tahun, bahyak kami temui para pendaki yang menginap di Puncak Candi. Dari Puncak Candi, kita bisa melihat dengan jelas Puncak Mongkrang, dan saya juga bisa melihat ada area pendakian yang cukup ekstrem menjelang puncak, karena hanya tampak semacam jalur berwarna coklat diantara rimbunnya warna hijau.

Pendakian kami lanjutkan dengan rute yang terasa lebih sempit dan dipenuhi oleh tanaman. Papasan dengan para pendaki lain mulai berkurang, yang menunjukkan mungkin juga tidak banyak pengunjung yang memutuskan untuk sampai ke Puncak Mongkrang. Setelah mendaki beberapa saat, sampailah kami di jalur ekstrem yang saya lihat dari Puncak Candi. Ternyata memang benar, jalur ini terasa lebih tajam, tanpa ada tanaman-tanaman untuk menjadi pegangan karena hanya ada tanah yang terasa licin. Penuh tantangan sekali untuk melaluinya. Namun, semuanya terbayarkan karena setelah melalui rute itu, kita akan langsung mencapai puncak. Untuk pendaki sederhana macam saya ini, suatu kebanggaan bisa mencapai puncak. Kami putuskan untuk beristirahat dan menikmati keindahan pemandangannya. Di puncak ini juga banyak pendaki yang menginap.

Jalur ekstrem menuju Puncak Mongkrang
Puncak Mongkrang, 2194 MDPL, sayang pemandangan Gunung Lawu-nya tertutup awan

Setelah beristirahat beberapa saat dan berpoto, kami putuskan untuk turun. Pada jalur ekstrem itu, pada beberapa area saya putuskan untuk merosot saja. Jauh lebih mudah dibandingkan berjalan turun. Perjalanan turun terasa lebih cepat dan kami putuskan untuk beristirahat di warung kedua untuk makan mie instant demi mengisi perut yang sudah terasa lapar. Jam 13, alhamdulillah kami sampai di parkiran kembali. Pendakian pertama saya, setelah sekian lama pendakian terakhir ke Gunung Ijen yang saya lakukan, menyenangkan.